Agar Hafalan Melekat dan Menguat

خيركم من تعلم القرأن و علمه

Ta’allum yang dalam literasi arab dimaknai dengan memaksakan diri (harus ada perjuangan-red) untuk bisa mengetahui suatu ilmu, maka sabda Rosulullah tersebut menegasakan bahwa sebaik-baik diantara kalian adalah yang berjuang mempelajari Al Qur’an dan mengamalkannya.

Berbicara tentang perjuangan dalam menghafal Al-Qur’an tentunya tak lepas pula dengan semangat sekaligus kesungguhan. Kendati menghafal Al-Qur’an tak bisa dikatakan mudah, namun penghafal Al-Qur’an sejati tak akan mengenal kata menyerah, ia akan  tetap senantiasa bersungguh-sungguh dalam melalui proses perjuangannya demi menuntaskan hafalan Al-Qur’an.

Bahkan Imam Zakariyya An-Nawawi dalam kitabnya Attibyan Fi Adabi Hamlatil Qur’an menyatakan bahwasanya termasuk dalam adab menghafal Al-Qur’an adalah dengan memiliki semangat juang yang tinggi serta berkenan rela memaksimalkan segenap waktunya untuk menghafalkan Al-Qur’an. Hal tersebut menjadi motivasi bagi para penghafal Al-Qur’an agar senantiasa menjaga kestabilan kesungguhan sekaligus semangatnya dalam menghafal Al-Qur’an. Karena semangat dan kesungguhan adalah satu kesatuan yang tak bisa dipisahkan.

Bahkan di bab lain dalam kitab Attibyan Fi Adabi Hamlatil Qur’an, Imam Zakariyya An-Nawawi mengutip redaksi hadits yang diriwiyatkan oleh Sayyidina Ibnu Mas’ud bahwasanya penghafal Al-Qur’an hendaknya rela terjaga (melekan-red) di malam hari saat mayoritas manusia tertidur, rela menahan lapar (berpuasa-red) di siang hari saat mayoritas manusia menikmati makanan (dst), yang mana dari kutipan hadits tersebut menegasakan bahwa dalam berproses menjadi hamlatul qur’an memang butuh perjuangan yang luar biasa. sehingga tak heran bila dalam berbagai kesempatan, Almarhumah Ummi Hj. Noor Ishmah sering berpesan bahwa menjadi penghafal Al Qur’an harus berani capek. Karena memang, penghafal Al-Qur’an dituntut untuk mulazamah membaca (baik bil hifdzi/binnadzri-red) tanpa berbatas ruang dan waktu agar hafalan Al-Qur’an tetap kerumat.

Seperti yang kita ketahui, perjuangan dalam menghafal Al-Qur’an memang beragam, selain dengan nderes, juga ada hal-hal lain yang bisa menunjang kesempurnaan hafalan, semisal dengan berpuasa, membaca do’a maupun wirid tertentu ataupun dengan melaksanakan sholat hajat litaqwiyatil hifdzi yang dilaksanakan setiap malam jum’at secara kontinyu baik 3 jum’at, 7 jum’at ataupun 11 jum’at berturut-turut sebagaimana yang diajarkan Baginda Nabi kepada Sayyidina ‘Ali Karromallahu Wajhah sang babul ilmi. Akan tetapi yang menjadi pokok dalam menghafal tetap pada nderesnya. Sebagaimana dhawuh Agus Ahmad Nashih pada pengajian mingguan kitab Attibyan Fi Adabi Hamlatil Qur’an  “Orang yang disibukkan dengan wirid-wirid selain Al Qur’an, sehingga orang tersebut meninggalkan Al Qur’an, maka orang tesebut bagaikan ditawari permata akan tetapi ia justru memilih batu akik.” Beliau pun menambahi dengan tegas “Wiride santri Qur’an yo Qur’an! Ojo sampek semangat wiridan werno-werno tapi kehilangan porsi untuk Al Qur’an.”

Dalam kesempatan Haflatul Hidzaq Pondok Tahfidz Yanbuul Qur’an Putri yang dilaksanakan pada tanggal 25 November 2021, K.H. Baha’uddin Nur Salim juga menegaskan hal yang sama, bahwa menghafal adalah perjuangan yang harus dilalui dengan sregep nderes dan istiqomah, karena hal tersebut menjadi kunci pokok dalam menghafalkan Al-Qur’an yang tidak bisa ditawar lagi.

“Kunci dalam menghafal yang sanadnya muttashil dari guru-guru kita yang terpenting adalah sregep. Karena انما العلم بالتعلم. Dari dulu ilmu itu perjuangan.” Jelas K.H. Baha’uddin Nur Salim.

“Tidak bisa hanya dengan baca ijazah ini-itu, itu hanya takmilah (penyempurna-red).” Sambung beliau.

“Makanya guru-guru kita ngasih ijazah sholat lit taqwiyatul hifdzi itu setelah khatam (bukan saat masih menjalani tahap proses ngeloh-red) karena hal ini (amalan-amalan tersebut-red) bukan hal pokok, sifatnya hanya sebagi suplemen (penyempurna-red) saja.” Pungkas beliau.

Namun, selain kesungguhan sekaligus semangat dalam memperjuangkan hafalan, syarat muthlaq untuk menjadi hamlatul qur’an yang harus terpenuhi ialah sabar menghadapi godaan. Salah satu godaan terbesar seorang penghafal Al-Qur’an yang tengah menuju martabat hamlatul qur’an sejati adalah ia hendak cepat-cepat khatam, padahal banyak tahapan proses yang harus dilalui.

Gus Nadirsyah Hosen dalam bukunya “Saring Sebelum Sharing” mengatakan “Tuhan menceritakan dalam Al-Qur’an bagaimana semesta diciptakan  dalam enam masa (fi sittati ayyam), sejatinya Tuhan tengah mengajari manusia bahwa semuanya itu berproses dan membutuhkan waktu. Tuhan bukan tidak sanggup menciptakan alam semesta dalam sekedip kun fayakun-Nya, melainkan kalau Tuhan yang Maha Kuasa saja menciptakan semesta ini setahap demi setahap, lalu siapa kita yang hendak mengubah semesta dalam diri kita ini hanya sekejap?”

Maka, tak perlu ragu apalagi takut untuk menghafal Al-Qur’an. Sudah sejak 14 abad silam, semenjak awal Al-Qur’an diturunkan kepada Baginda Nabi yang mulia, tak sedikit manusia yang bisa menuntaskan hafalannya, baik yang hafal sejak masih usia dini, atau bahkan ada yang baru memulai menghafal saat usia sudah menua. Meski dalam menuntaskan hafalannya memakan waktu yang tidak relatif singkat,  yang tepenting adalah kita sanggup untuk melalui setiap tahapannya dengan penuh semangat, kesungguhan, rela berjuang sekaligus sabar.

Mereka yang sabar dalam menghafal kalam-Nya akan bersedia melepaskan dirinya dan sepenuhnya tunduk pada keinginan Sang Penguasa Alam. Semua berada dalam takaran sesuai tahapan yang tengah kita lewati. Orang yang sabar dalam menghafal kalam-Nya adalah orang yang sadar bahwa kalamullah tidak bisa didekati dengan keinginan dan kemampuan diri, tetapi sesuai dengan tahapan proses yang telah ditentukan-Nya untuk masing-masing dari kita.

Bagaimanapun juga, hafalan Al-Qur’an merupakan  fadhol (karunia-red) dari Allah ta’ala untuk hamba-Nya yang terpilih. Sehingga segenap usaha yang kita lakukan dalam memnghafal Al Qur’an harus diimbangi pula dengan keyakinan bahwa kita adalah bagian dari hamba-Nya yang terpilih. والله اعلم بالصواب

Sumber :
Majalah At-Tibyan PTYQ Putri Edisi II Tahun 2022

Artikel Terkait
Mengenal Mushaf Al-Quddus
Mengenal Mushaf Al-Quddus4 September 2023
Pacarku Al-Qur’an
Pacarku Al-Qur’an30 Agustus 2023
Menyatukan Bacaan
Menyatukan Bacaan27 Oktober 2022
Al-Qur’an al-Quddus
Al-Qur’an al-Quddus25 Oktober 2022

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *