Oleh : Ulya Qofiyan Nida
Tentu sudah tidak asing lagi di telinga kita mengenai Famy Bi Syauqin, yaitu merupakan metode menjaga al-Qur’an baik secara Bin Nadhor (dengan melihat) maupun Bil Ghoib (tanpa melihat), yang mana pelaksanaannya dimulai pada hari Jumu’ah sampai hari Kamis (khatman). Sebagaimana apa yang diriwayatkan sahabat Aus Bin Hudzaifah, pada suatu malam Rasulullah terlambat hadir pada pertemuan yang biasa diselenggarakan, hingga sahabat Aus bertanya tentang Rasulullah, kemudian beliau menjawab “bahwa aku mempunyai tanggungan Hizb (sekelompok bacaan) dari al-Qur’an yang belum selesai, maka aku enggan keluar rumah sehingga aku dapat merampungkannya”, maka aku bertanya pada sahabat Nabi “bagaimana kalian membuat Hizb al-Qur’an?” mereka menjawab “3, 5, 7, 9, 11, 13 (surah) dan Hizb Al Mufashshal” (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Majah).
Berdasarkan hadits di atas dapat kita ketahui bahwa Famy Bi Syauqin berasal sejak zaman Rasulullah lalu diterapkan oleh para sahabat dan dikembangkan sahabat Ali Bin Abi Thalib hingga masyhur dengan nama Famy Bi Syauqin. Seperti dijelaskan oleh Khalil Bin Ahmad As Saharanfuri dalam kitab Badzlul Majhud Syaroh Abu Dawud, juga Ali Al Qari dalam Mirqat Almafatih Syarh Misykat Al Masabih, bahwa riwayat yang masyhur adalah pembagian Hizb dari khalifah Ali Bin Abi Thalib yang dikenal dengan Famy Bi Syauqin.
Famy Bi Syauqin mempunyai makna dalam bahasa arab yakni Famy bermakna lidah dan Bi Syauqin bermakna merindumu. Terdiri dari huruf ف,م,ي,ب,ش,و,ق yang mana setiap hurufnya merupakan pembagian surah yang dibaca setiap hari dalam satu minggu.
Dibaca hari Jumu’ah : Al-Fatihah – An-Nisa’ (3 Surah) ف
Dibaca hari Sabtu : Al-Ma’idah – At-Taubah (5 surah) م
Dibaca hari Ahad : Yunus – Al-Hhijr ( 7 Surah) ي
Dibaca hari Senin : Bani Israil – Al-Furqon ( 9 surah) ب
Dibaca hari selasa : Asy-Syuara’ – Yasiin (11 surah) ش
Dibaca hari Rabu : As-Saffat – Al-Hujurat (13 surah) و
Dibaca hari kamis : Qaf – An-Nas (Hizb Mufashshal) ق
Famy Bi Syauqin sendiri dikenal sebagai metode ideal yang dapat diterapkan oleh berbagai kalangan, terlebih bagi para penghafal al-Qur’an. Mengapa para Penghafal al-Qur’an? karena ketika ia mengikat hatinya dengan amalan al-Qur’an yang kemudian menjadi sebuah komitmen seumur hidupnya tentu ia termasuk golongan orang-orang yang “ngrekso al-Qur’an”. dan dalam penerapannya tentu tidak terlepas dari harapan agar Allah menjadikan hatinya senantiasa rindu dengan al-Qur’an seperti makna Famy Bi Syauqin itu sendiri.
Pada suatu kesempatan, beliau Almarhumah Umi HJ. Noor Ishmah pernah dawuh “ Santri al-Qur’an seharusnya tidak perlu khawatir akan kekurangan maupun jauh dari kelapangan karena ia mempunyai al-Qur’an dan dianjurkan nderes dengan Famy Bi Syauqin”. Ini menjadi motivasi sendiri bagi sebagian santri untuk menghidupkan Sunnah Rasulullah yakni Famy Bi Syauqin dan berharap menjadi golongan yang seperti Allah firmankan dalam Surah Al-Ankabut ayat 49.
Ulya Qofiyan Nida –Santri PTYQ Putri